Senin, 10 Februari 2014

Multiple Intelligence

BAB I
PENDAHULUAN

1.1.      Latar Belakang
Pendidikan pada dasarnya merupakan suatu proses pengembangan potensi individu. Melalui pendidikan, potensi yang dimiliki oleh individu akan diubah menjadi kompetensi. Kompetensi mencerminkan kemampuan dan kecakapan individu dalam melakukan suatu tugas atau pekerjaan. Tugas pendidik atau guru dalam hal ini adalah memfasilitasi anak didik sebagai individu untuk dapat mengembangkan potensi yang dimiliki menjadi kompetensi sesuai dengan cita-citanya. Program pendidikan dan pembelajaran seperti yang berlangsung saat ini oleh karenanya harus lebih diarahkan atau lebih berorientasi kepada individu peserta didik.
Setiap individu memiliki kecerdasan beragam dan kecerdasan merupakan salah satu faktor utama yang menentukan sukses atau gagalnya peserta didik belajar di sekolah. Peserta didik yang mempunyai taraf kecerdasan rendah atau di bawah normal sukar diharapkan berprestasi tinggi. Tetapi tidak ada jaminan bahwa dengan taraf kecerdasan tinggi seseorang secara otomatis akan sukses belajar di sekolah.
Sayangnya banyak anak-anak yang memiliki bakat-bakat yang beragam  kurang mendapatkan perhatian dan dukungan di sekolah. Mereka sering mendapat julukan "tidak mampu belajar", "gangguan kurang perhatian", "kurang mampu menerima pelajaran", ketika kemampuan belajar dan berpikir mereka yang unik tidak dapat diterima oleh ruang kelas maka yang terjadi adalah anak merasa dikucilkan dan berujung pada ketidakmampuan  anak tersebut mengembangkan bakat yang dimiliki olehnya.
Pada seseorang jika ada satu perangkat kecerdasan yang sangat tinggi membuat orang itu lemah dalam beberapa kecerdasan lainnya. Misalnya, seseorang yang tinggi logika-matematikanya, lemah dalam berkomunikasi, fungsi berbahasanya. Setiap kecerdasan pada anak usia dini muncul pada saat tertentu sesuai irama perkembangannya seperti yang dikemukakan oleh Jean Piaget yang merentang dari fase sensorimotor (0-2 tahun), fase pra-operasional (2-7 tahun), fase operasi kongkrit (7-12 tahun) dan fase operasi formal (12 sampai usia dewasa).


1.2.      Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.      Apa pengertian multiple intelligences ?
2.      Apa saja macam-macam multiple intelligences ?
3.      Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecerdasan ?

1.3.      Tujuan Penulisan
Sesuai dari permasalahan yang dikemukakan, maka tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut :
1.      Mengetahui pengertian multiple intelligences
2.      Mengetahui jenis-jenis multiple intelligences
3.      Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas kecerdasan




BAB II
PEMBAHASAN

2.1.         Pengertian Multiple Intelligences
Kebutuhan untuk mengetahui arti dan pentingnya ukuran kecerdasan manusia dapat dikatakan berawal di Paris tahun 1900, ketika Menteri Pendidikan Perancis dan para pemimpin kota Paris berbicara dengan seorang ahli psikologi bernama Alfred Binet tentang sebuah permintaan yang tidak biasa yaitu apakah dia dapat merancang semacam ukuran yang dapat memperkirakan anak muda mana yang sukses dan mana yang akan gagal di sekolah dasar di Paris. Binet berhasil dan lahirlah IQ Test. Sejak saat itu banyak sekali orang tua yang datang berduyun-duyun dari kota lain di perancis dengan membawa anaknya untuk menemui Binet dengan harapan agar bisa mengetahui kecerdasan anak mereka dan seiring berjalannya waktu, dimulailah perkembangan teori-teori kecerdasan dari ahli-ahli psikologi di dunia.
Dari segi terminologi multiple berarti banyak atau lebih dari satu. Berarti multiple intelligences itu kecerdasan yang lebih dari satu. Dalam bahasa indonesia dikenal dengan istilah kecerdasan jamak. Teori multiple intelligences bertujuan untuk  mentransformasikan sekolah agar kelak sekolah dapat mengakomodasi setiap siswa dengan berbagai macam pola pikirnya yang unik. Multiple intelligences mulai diperkenalkan oleh Howard Gardner pada awal 1980-an dengan mempercayai bahwa kompetensi kognitif manusia akan lebih baik jika dideskripsikan dalam hal rangkaian keahlian, bakat, atau kemampuan mental yang disebut sebagai kecerdasan.
Menurut Gardner, kecerdasan seseorang meliputi unsur-unsur kecerdasan musikal, kecerdasan kinestetik tubuh, kecerdasan logis-matematis, kecerdasan linguistik, kecerdasan spasial, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal. Selain  beberapa kecerdasan yang telah disebutkan di atas selama kurang lebih sepuluh tahun pertama Gardner mengembangkan teorinya hingga dapat mengidentifikasi beberapa kecerdasan yang baru yaitu  kecerdasan naturalis dan kecerdasan spiritual.

2.2.         Macam-macam Multiple intelligences
a.      KecerdasanMusikal
Kecerdasan musikal adalah kemampuan memahami aneka bentuk musikal dengan cara mempersepsi (penikmat musik), membedakan (kritikus musik), mengubah (komposer) dan mengekspresikan (penyanyi). Cara mengembangkan kecerdasan musikal anak antara lain sebagai berikut :
·         Beri kesempatan pada anak untuk melihat kemampuan yang ada pada diri mereka,buat mereka lebih percaya diri
·         Pengalaman empiris yang praktis, buatlah penghargaan terhadap karya-karya yang dihasilkan anak
·         Ajak anak menyanyikan lagu-lagu dengan syair sederhana dengan irama dan birama yang mudah diikuti
b.      Kecerdasan Kinestetik
Kecerdasan kinestetik adalah suatu kecerdasan dimana saat menggunakannya seseorang mampu atau terampil menggunakan anggota tubuhnya untuk melakukan gerakan seperti berlari, menari, membangun sesuatu, melakukan kegiatan seni dan hasta karya. Cara menstimulasi kecerdasan kinestetik pada anak antara lain sebagai berikut :
·         Menari
·         Bermain peran / drama
·         Latihan ketrampilan fisik
·         Olahraga

c.       Kecerdasan Logika Matematis
Kecerdasan logika matematika merupakan kecerdasan dalam menggunakan angka dan logika. Cara mengembangkan kecerdasan logika matematika pada anak antara lain dengan cara :
·         Bermain puzzle, permainan ular tangga, domino dll
·         Mengenal bentuk geometri
·         Mengenalkan bilangan melalui sajak berirama dan lagu
·         Eksplorasi pikiran melalui diskusi dan olah pikir ringan
·         Memperkaya pengalaman berinteraksi dengan konsep matematika
d.      Kecerdasan Linguistik
Kecerdasan linguistik merupakan kecerdasan dalam menggunakan kata secara efektif baik secara lisan maupun tulisan. Kecerdasan ini memiliki empat ketrampilan yaitu menyimak, membaca, menulis dan berbicara. Berikut kiat-kiat mengembangkan kecerdasan linguistik pada anak sejak usia dini :
·         Mengajak anak berbicara sejak bayi
·         Membacakan cerita atau mendongeng sebelum tidur atau kapan saja sesuai situasi dan kondisi
·         Berdiskusi tentang berbagai hal yang ada di sekitar anak
·         Bermain peran
·         Memperdengarkan dan memperkenalkan lagu anak-anak
e.       Kecerdasan Visual Spasial
Kecerdasan visual spasial merupakan kemampuan untuk memvisualisasikan gambar untuk memecahkan sesuatu masalah atau menemukan jawaban. Cara mengembangkan kecerdasan visual spasial pada anak adalah sebagai berikut :
·         Mencorat coret
·         Menggambar dan melukis
·         Kegiatan membuat prakarya atau kerajinan tangan
·         Mengunjungi berbagai tempat dapat memperkaya pengalaman visual anak
·         Melakukan permainan konstruktif dan kreatif
·         Mengatur dan merancang
f.       Kecerdasan Interpersonal
Kecerdasan interpersonal adalah berpikir lewat berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain. Kegiatan yang mencakup kecerdasan interpersonal yakni memimpin, mengorganisasi, berinteraksi, berbagi,menyayangi, berbicara, sosialisasi, menjadi pendamai, permainan kelumpok, klub, teman-teman, kelompok dan kerjasama. Cara mengembangkan kecerdasan interpersonal pada anak, yakni :
·         Mengembangkan dukungan kelompok
·         Menetapkan aturan tingkah laku
·         Memberi kesempatan bertanggungjawab dirumah
·         Bersama-sama menyelesaikan konflik
·         Melakukan kegiatan sosial di lingkungan
·         Menghargai perbedaan pendapat antara anak dan teman sebaya
·         Menumbuhkan sikap ramah dan memahami keragaman budaya lingkungan sosial
·         Melatih kesabaran menunggu giliran
·         Berbicara serta mendengarkan pembicaraan orang lain terlebih dahulu
g.      Kecerdasan Intrapersonal
Kecerdasan intrapersonal adalah kemampuan seseorang untuk berpikir secara reflektif yaitu mengacu kepada kesadaran reflektif mengenai perasaan dan proses pemikiran diri sendiri. Ada pun kegiatan yang mencakup kecerdasan ini adalah berpikir, meditasi, bermimpi, berdiam diri, mencanangkan tujuan, refleksi, merenung, membuat jurnal, menilai diri, waktu menyendiri, proyek yang dirintis sendiri dan menulis instropeksi. Cara mengembangkan kecerdasan intrapersonal pada anak sebagai berikut :
·         Menciptakan citra diri positif, “aku anak baik”, “saya anak yang rajin membantu ibu”, dll
·         Ciptakan suasana serta kondisi yang kondusif di rumah yang mendukung pengembangan kemampuan intrapersonal dan penghargaan diri
·         Menuangkan isi hati dalam jurnal pribadi
·         Bercakap-cakap memperbincangkan kelemahan, kelebihan dan minat anak
·         Membayangkan diri di masa datang, lakukan perencangan dengan anak semisal anak ingin seperti apa bila besar nanti
h.      Kecerdasan Naturalis
Kecerdasan naturalis adalah kecerdasan untuk mencintai keindahan alam melalui pengenalan terhadap flora fauna yang terdapat di lingkungan sekitar dan juga mengamati fenomena alam dan kepekaan/kepedulian terhadap lingkungan sekitar. Stimulasi bagi pengembangan kecerdasan naturalis yakni :
·         Jalan-jalan di alam terbuka
·         Berdiskusi mengenai apa yang terjadi di alam sekitar
·         Kegiatan ekostudi agar anak memiliki sikap peduli pada alam sekitar
i.        Kecerdasan Spiritual
Kecerdasan Spiritual bersandar dari hati dan terilhami sehingga jika seseorang memiliki kecerdasan spiritual maka segala sesuatu yang dilakukan akan berakhir dengan sesuatu yang menyenangkan (Zohar dan Marshall, 2001). Segala sesuatu harus selalu diolah dan diputuskan melalui pertimbangan yang dalam yang terbentuk dengan menghadirkan pertimbangan hati nurani.
Istilah spiritual merujuk kepada kemampuan seseorang untuk mencari elemen-elemen pengalaman, kesucian, kebermaknaan, kesadaran yang tinggi dan transcendental untuk menghasilkan produk yang bernilai. Jadi, kecerdasan spiritual adalah suatu kecerdasan yang diarahkan untuk menyelesaikan persoalan makna dan nilai (Pinton, 2009). Artinya suatu kecerdasan yang menempatkan tindakan dan kehidupan manusia dalam konteks makna yang lebih luas yakni kemampuan untuk mengakses suatu jalan kehidupan yang bermakna.
Berdasarkan definisi yang telah diberikan di atas, yang dimaksud dengan kecerdasan spiritual dalam tulisan ini adalah kapasitas hidup manusia yang bersumber dari hati yang dalam yang terilhami dalam bentuk kodrat untuk dikembangkan dan ditumbuhkan dalam mengatasi berbagai kesulitan hidup. Hal ini mencakup:
·         Kesadaran terhadap hakekat dan eksistensi diri mendorong hadirnya pandangan luas terhadap dunia.
·         Toleran yang merujuk pada kesadaran terhadap eksistensi diri akan membawa dampak yang berharga bagi munculnya keinginan untuk mengakui keberadaan yang lain.
·         Kebenaran adalah persamaan antara pengetahuan dan objeknya.
·         Kebermaknaan yang merujuk pada sesuatu yang dapat bermakna jika dapat member nilai tambah dan memiliki gagasan-gagasan yang segar.
·         Berpegang teguh pada hukum kesunyataan atau kebenaran mulia.
·         Kedamaian, suatu kondisi jiwa yang merasa tenang, nyaman dan aman.
Pada prinsipnya kecerdasan spiritual itu dapat dipahami sebagai proses integrasi atau keterpaduan antara fungsi belaha otak kiri dan otak kanan (Selman, 2005). Namun demikian kecerdasan spiritual tetap menyimpan karakteristik yang masih bersifat abstrak atau belum terurai dalam wujud aktivitas yang dapat diukur dan dibuktikan.
2.3.         Faktor- faktor yang mempengaruhi Kualitas Kecerdasan
Multiple intelligences dipengaruhi 2 faktor utama yang saling terkait yaitu faktor keturunan (bawaan, genetik) dan faktor lingkungan. Seorang anak dapat mengembangkan berbagai kecerdasan jika mempunyai faktor keturunan dan dirangsang oleh lingkungan terus menerus.
Orangtua yang cerdas anaknya cenderung akan cerdas pula jika faktor lingkungan mendukung pengembangan kecerdasaannnya sejak didalam kandungan, masa bayi dan balita. Walaupun kedua orangtuanya cerdas tetapi jika lingkungannya tidak menyediakan kebutuhan pokok untuk pengembangan kecerdasannya, maka potensi kecerdasan anak tidak akan berkembang optimal. Sedangkan orangtua yang kebetulan tidak berkesempatan mengikuti pendidikan tinggi (belum tentu mereka tidak cerdas, mungkin karena tidak ada kesempatan atau hambatan ekonomi) anaknya bisa cerdas jika dicukupi kebutuhan untuk pengembangan kecerdasan sejak di dalam kandungan sampai usia sekolah dan remaja.
Tingkat kecerdasan seseorang berbeda-beda karena dalam perkembangan kecerdasan ada beberapa faktor-faktor kecerdasan tersebut adalah sebagai berikut :
1.      Faktor Bawaan
Dimana faktor ini ditentukan oleh sifat yang dibawa sejak lahir. Batas kesanggupan atau kecakapan seseorang dalam memecahkan masalah, antara lain ditentukan oleh faktor bawaan. Oleh karena itu, di dalam satu kelas dapat dijumpai anak yang bodoh, agak pintar, dan pintar sekali, meskipun mereka menerima pelajaran dan pelatihan yang sama.

2.      Faktor Minat dan Bawaan yang Khas
Dimana minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu. Dalam diri manusia terdapat dorongan atau motif yang mendorong manusia untuk berinteraksi dengan dunia luar, sehingga apa yang diminati oleh manusia dapat memberikan dorongan untuk berbuat lebih giat dan lebih baik.
3.      Faktor Pembentukan
Dimana pembentukan adalah segala keadaan di luar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelengensi. Di sini dapat dibedakan antara pembentukan yang direncanakan, seperti dilakukan di sekolah atau pembentukan yang tidak direncanakan, misalnya pengaruh alam sekitarnya.
4.      Faktor Kematangan
Dimana organ dalam tubuh manusia mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Setiap organ manusia baik fisik maupun psikis, dapat dikatakan telah matang, jika ia telah tumbuh atau berkembang hingga mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
Oleh karena itu, tidak diherankan bila anak-anak belulm mampu mengerjakan atau memecahkan soal-soal matematika di kelas empat sekolah dasar, karena soal-soal itu masih terlampau sukar bagi anak. Organ tubuhnya dan fungsi jiwanya masih belum matang untuk menyelesaikan soal tersebut dan kematangan berhubungan erat dengan faktor umur.


BAB III
PENUTUP

3.1.         Simpulan

Setiap individu memiliki tidak hanya memiliki satu kecerdasan tetapi lebih yaitu disebut juga multiple intelligences atau kecerdasan ganda. Kecerdasan adalah sehimpunan kemampuan dan ketrampilan. Kecerdasan dapat ditingkatkan dengan cara belajar yang mengembangkan kemampuannya secara penuh.
Howard Gardner, seorang pakar psikologi dari Harvard University, mengemukakan delapan jenis kecerdasan dan satu kecerdasan yang masih dikaji saat ini yang meliputi kecerdasan:
·      Kecerdasan Musikal
·      Kecerdasan Kinestetik
·      Kecerdasan Logis-matematis
·      Kecerdasan Linguistik
·      Kecerdasan Spasial
·      Kecerdasan Interpersonal
·      Kecerdasan Intrapersonal
·      Kecerdasan Spiritual




DAFTAR PUSTAKA

Gardner, Howard, 2013, Multiple Intelligences, Terjemahan oleh Yelvi Andri Zaimu, Daras Book, Jakarta.
Painton, 2009 Children’s Spiritual Intelligence in International Handbook of Education for Spirituality, Care and Wellbeing, International Handbook of Religion and Education. Springer Science: Bussines Media.
Piaget, Jean, 2002, The Psychology Of Intelligence, Translated by Piercy M., and Berlyne D.E. New York.
Yaumi, Muhammad, 2012, Pembelajaran Berbasis Multiple intelligences, Dian Rakyat, Jakarta.

Zohar and Marshall, SQ, Memanfaatkan Kecerdasan Spiritual Dalam Berfikir Intergralistik dan Holistik Untuk Memaknai Kehidupan, Versi Indonesia. Bandung: Mizan. 2001.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar